Dalam pergaulan banyak sekali yang bisa dipelajari,
baik dari sisi positif maupun negatif. Dalam perjalanan hidupku aku menemukan
banyak sekali jenis tipe orang beserta karakteristiknya. Ada yang baik, halus
pembawaannya, ada yang urakan, sembrono, ada yang easy going, jujur, ada juga
yang pembohong, penjilat dan sombong. Dan masih banyak lagi lagi yang tidak
bisa aku sebutkan satu per satu.
Hal ini mengingatkanku pada
seorang teman lama, dia pernah mengatakan satu hal padaku, “dalam hidup kamu jangan terlalu polos,
jadilah apa saja asal apa yang kau inginkan dapat kau raih, dalam hidup ini ada
3 politik sebenarnya; hitam, putih dan abu-abu, aku di zona abu-abu, kalo
kamu?,” aku terdiam dan berpikir dengan keterbatasanku, namun aku belum
mendapatkan atas jawaban yang dia inginkan,
bahkan saat itu aku tak memahami apa yang dia katakan. Setelah aku
berfikir sejenak aku menjawabnya “kalo aku ya biasa aja, kalo aku suka ya
bilang suka, enggak ya enggak, intinya aku biasa aja, aku gak paham dengan
politik-politik itu.” Kawanku pun menertawakanku, dan aku pun ikut tertawa
bersamanya. Ya menertawakan kebodohanku.
Selang berjalannya waktu aku
menemukan banyak orang-orang seperti temanku ini. Disana sini sama, main
politik dalam bergaul. Menurutku itu gak sepenuhnya salah jika digunakan untuk
hal-hal positif dan tidak merugikan orang. Namun justru sebaliknya, hal
tersebut digunakan sebagai ajang berlomba-lomba untuk menunjukkan eksistensi,
namun salahnya harus menikung dan menjatuhkan kawan dan rekan sendiri agar
dirinya nampak sempurna.
Namun aku belajar dari
peristiwa besar, perbuatan-perbuatan demikian akan menimbulkan kebencian dan
dendam antar sesama, yang parahnya kadang dendam dan benci tersebut tidak
pernah diungkapkan, bahkan ada yang membawa mati kebencian tersebut.
Menyedihkan dibenci rekan sedemikian rupa.
Yang belum aku pahami, apa sih
yang dicari orang-orang seperti itu, mencari muka di depan umum, berpura-pura
baik dan membela, padahal dibelakangnya menjelek-jelekan dan mencaci maki.
Bermuka dua sekali orang sperti itu, anehnya lagi sebagian dari mereka sangat
mengerti agama, pertanyaanya dimana pengamalan agama mereka, jika dengan sesama
saja masi timbul sifat iri, dengki, dan sifat buruk lainya.
Aku menulis catatan ini, bukan
aku sedang mendemdam dengan orang-orang seperti itu, namun aku hanya sedang
membaca situasi yang sedang kualami. Ya membaca sangat jelas gerak-gerik
orang-orang seperti itu.
Ibuku mengajarkanku tentang
ketulusan dan kejurjuran, sangat sederhana. Dimana seorang teman yang sedang
merantau di kotaku, dia sendirian dan tidak ada keluarga di kotaku, dia bukan
dari kalangan berada, dananya selalu minim dan pas-pasan. Dia selalu berkeluh
kesah denganku, tiada hari tanpa keluhan, aku berusaha sabar dan mengerti apa
yang dia mau. Sehingga suatu saat aku bercerita dengan ibuku tentangnya. Ibuku
sangat iba mendengar ceritaku tentang dia. Kebetulan dia sudah tak berayah
lagi. Suatu hari ibuku mempunyai ide saat dia sedang tak mempunyai dana maka
aku dan ibuku membawakannya makanan, dan itu berlangsung sangat lama. Ohya...
intinya dia mempunyai ilmu dan pengetahuan yang aku cari, dia berusaha share
dan aku berusaha menerima, namun itu tidak berjalan dengan lancar karena
keterbatasanku. Singkat cerita suatu saat aku harus pergi, aku belajar satu
hal, kita tidak bisa menyuruh orang memberi apa yang kita minta/cari, kita
tidak bisa memaksa orang lain untuk berbuat baik untuk kita, namun kita dapat
memaksa diri kita untuk selalu berbuat baik dengan tulus dan ikhlas tanpa
pamrih.
Hal ini berbanding terbalik
dengan apa yang aku temui sekarang, orang-orang yang ada selalu ingin show up,
siapa diri mereka, saling menikung dan menjatuhkan rekan. Tidak mau mengaku
bahwa mereka salah, jika mereka salah pasti mencari, kira-kira siapa yang bisa
menjadi kambing hitamnya.
Guys.... sebenarnya apa sih
yang kalian cari di dunia ini? Kalau Cuma kelihatan bagus dengan cara-cara
kotor hewan pun bisa. Tapi kita manusia, apa sih susahnya bilang iya aku salah,
aku minta maaf; benar aku belum bisa, mohon bimbingannya; bukan salahnya, tapi
salahku.
Ambisius, perfectsionis,
idealis, boleh, boleh banget malahan, tapi tak harus merugikan dan menjatuhkan
orang lain agar tampak lebih hebat kan? Katanya beragama, rajin beribadah
nampaknya, namun kenapa selalu membuat orang lain kecewa dan sakit hati? Dimana
amalan agama yang selalu kau perlihatkan? Atau jangan-jangan agama salah satu
ajang untuk show up juga?
Seorang kawan menertawakanku
saat aku mengatakan “coba ya di dunia ini orang saling menyayangi satu sama
lain, saling mengasihi dan nggak ada benci-benci pasti keren,” ia menjawab
“nggak mungkin selama manusianya masih mempuyai sifat iri, dengki, sombong dan
jahat, kalo semua baik dan cinta damai penjara sepi, hehehehe.”
Friends.... yang aku tahu
Tuhan tidak akan pernah tidur dan aku percaya hukum karma, apa yang kau lakukan
saat ini akan kau tuai nantinya, aku percaya itu, percaya banget, soalnya aku
sudah berkali-kali melihat dan mengalaminya. Dan aku belajar dari hal itu. Tidak
ada air mata yang tetes sia-sia, tidak ada sakit hati yang tak terbalaskan,
biarkan alam dan seisinya yang menjawab. Karna hukuman Tuhan lebih adil.
Untuk temanku yang sedang
sakit hatinya, aku yakin usahamu menjadi pribadi yang lebih baik tidak akan
pergi dan terbuang sia-sia begitu saja, biarlah semua orang memandang sebelah
mata, biarlah semua orang meremehkan bahkan tak memandangmu ada, itu bukan
kutukan bagimu. Justru Tuhan akan menilaimu lebih, asal kau tetap dijalurnya.
Boleh kita ingin tampak lebih
sukses lebih sempurna, lebih baik dan lebih segala-galanya, tapi tunjukkan
prestsimu, bukan menjelek-jelekan orang lain agar nampak lebih sempurna. ITU
SALAH!!!
Ara,
catatan untuk temanku yang sedang sakit hatinya.......