Senin, 22 Juli 2013

Cara Sukses Orang yang Nampaknya Beragama (catatan untuk temanku yang sedang sakit hatinya)



Dalam  pergaulan banyak sekali yang bisa dipelajari, baik dari sisi positif maupun negatif. Dalam perjalanan hidupku aku menemukan banyak sekali jenis tipe orang beserta karakteristiknya. Ada yang baik, halus pembawaannya, ada yang urakan, sembrono, ada yang easy going, jujur, ada juga yang pembohong, penjilat dan sombong. Dan masih banyak lagi lagi yang tidak bisa aku sebutkan satu per satu.

Hal ini mengingatkanku pada seorang teman lama, dia pernah mengatakan satu hal padaku,  “dalam hidup kamu jangan terlalu polos, jadilah apa saja asal apa yang kau inginkan dapat kau raih, dalam hidup ini ada 3 politik sebenarnya; hitam, putih dan abu-abu, aku di zona abu-abu, kalo kamu?,” aku terdiam dan berpikir dengan keterbatasanku, namun aku belum mendapatkan atas jawaban yang dia inginkan,  bahkan saat itu aku tak memahami apa yang dia katakan. Setelah aku berfikir sejenak aku menjawabnya “kalo aku ya biasa aja, kalo aku suka ya bilang suka, enggak ya enggak, intinya aku biasa aja, aku gak paham dengan politik-politik itu.” Kawanku pun menertawakanku, dan aku pun ikut tertawa bersamanya. Ya menertawakan kebodohanku.

Selang berjalannya waktu aku menemukan banyak orang-orang seperti temanku ini. Disana sini sama, main politik dalam bergaul. Menurutku itu gak sepenuhnya salah jika digunakan untuk hal-hal positif dan tidak merugikan orang. Namun justru sebaliknya, hal tersebut digunakan sebagai ajang berlomba-lomba untuk menunjukkan eksistensi, namun salahnya harus menikung dan menjatuhkan kawan dan rekan sendiri agar dirinya nampak sempurna.

Namun aku belajar dari peristiwa besar, perbuatan-perbuatan demikian akan menimbulkan kebencian dan dendam antar sesama, yang parahnya kadang dendam dan benci tersebut tidak pernah diungkapkan, bahkan ada yang membawa mati kebencian tersebut. Menyedihkan dibenci rekan sedemikian rupa.

Yang belum aku pahami, apa sih yang dicari orang-orang seperti itu, mencari muka di depan umum, berpura-pura baik dan membela, padahal dibelakangnya menjelek-jelekan dan mencaci maki. Bermuka dua sekali orang sperti itu, anehnya lagi sebagian dari mereka sangat mengerti agama, pertanyaanya dimana pengamalan agama mereka, jika dengan sesama saja masi timbul sifat iri, dengki, dan sifat buruk lainya.

Aku menulis catatan ini, bukan aku sedang mendemdam dengan orang-orang seperti itu, namun aku hanya sedang membaca situasi yang sedang kualami. Ya membaca sangat jelas gerak-gerik orang-orang seperti itu.

Ibuku mengajarkanku tentang ketulusan dan kejurjuran, sangat sederhana. Dimana seorang teman yang sedang merantau di kotaku, dia sendirian dan tidak ada keluarga di kotaku, dia bukan dari kalangan berada, dananya selalu minim dan pas-pasan. Dia selalu berkeluh kesah denganku, tiada hari tanpa keluhan, aku berusaha sabar dan mengerti apa yang dia mau. Sehingga suatu saat aku bercerita dengan ibuku tentangnya. Ibuku sangat iba mendengar ceritaku tentang dia. Kebetulan dia sudah tak berayah lagi. Suatu hari ibuku mempunyai ide saat dia sedang tak mempunyai dana maka aku dan ibuku membawakannya makanan, dan itu berlangsung sangat lama. Ohya... intinya dia mempunyai ilmu dan pengetahuan yang aku cari, dia berusaha share dan aku berusaha menerima, namun itu tidak berjalan dengan lancar karena keterbatasanku. Singkat cerita suatu saat aku harus pergi, aku belajar satu hal, kita tidak bisa menyuruh orang memberi apa yang kita minta/cari, kita tidak bisa memaksa orang lain untuk berbuat baik untuk kita, namun kita dapat memaksa diri kita untuk selalu berbuat baik dengan tulus dan ikhlas tanpa pamrih.

Hal ini berbanding terbalik dengan apa yang aku temui sekarang, orang-orang yang ada selalu ingin show up, siapa diri mereka, saling menikung dan menjatuhkan rekan. Tidak mau mengaku bahwa mereka salah, jika mereka salah pasti mencari, kira-kira siapa yang bisa menjadi kambing hitamnya.

Guys.... sebenarnya apa sih yang kalian cari di dunia ini? Kalau Cuma kelihatan bagus dengan cara-cara kotor hewan pun bisa. Tapi kita manusia, apa sih susahnya bilang iya aku salah, aku minta maaf; benar aku belum bisa, mohon bimbingannya; bukan salahnya, tapi salahku.

Ambisius, perfectsionis, idealis, boleh, boleh banget malahan, tapi tak harus merugikan dan menjatuhkan orang lain agar tampak lebih hebat kan? Katanya beragama, rajin beribadah nampaknya, namun kenapa selalu membuat orang lain kecewa dan sakit hati? Dimana amalan agama yang selalu kau perlihatkan? Atau jangan-jangan agama salah satu ajang untuk show up juga?

Seorang kawan menertawakanku saat aku mengatakan “coba ya di dunia ini orang saling menyayangi satu sama lain, saling mengasihi dan nggak ada benci-benci pasti keren,” ia menjawab “nggak mungkin selama manusianya masih mempuyai sifat iri, dengki, sombong dan jahat, kalo semua baik dan cinta damai penjara sepi, hehehehe.”

Friends.... yang aku tahu Tuhan tidak akan pernah tidur dan aku percaya hukum karma, apa yang kau lakukan saat ini akan kau tuai nantinya, aku percaya itu, percaya banget, soalnya aku sudah berkali-kali melihat dan mengalaminya. Dan aku belajar dari hal itu. Tidak ada air mata yang tetes sia-sia, tidak ada sakit hati yang tak terbalaskan, biarkan alam dan seisinya yang menjawab. Karna hukuman Tuhan lebih adil.

Untuk temanku yang sedang sakit hatinya, aku yakin usahamu menjadi pribadi yang lebih baik tidak akan pergi dan terbuang sia-sia begitu saja, biarlah semua orang memandang sebelah mata, biarlah semua orang meremehkan bahkan tak memandangmu ada, itu bukan kutukan bagimu. Justru Tuhan akan menilaimu lebih, asal kau tetap dijalurnya.

Boleh kita ingin tampak lebih sukses lebih sempurna, lebih baik dan lebih segala-galanya, tapi tunjukkan prestsimu, bukan menjelek-jelekan orang lain agar nampak lebih sempurna. ITU SALAH!!!




                                                                Ara, catatan untuk temanku yang sedang sakit hatinya.......

Kamis, 18 Juli 2013

Malam, Aku Menyapamu Kembali...



Lama tak menyapamu malam. Lama sekali entah kapan terakhir kita bercengkerama besama., aku lupa tepatnya. Yang jelas ceritanya sudah berbeda malam. Kini aku berubah menjadi seperti saat ini.

Malam ini seperti mimpi , entah mimpi buruk atau mimpi indah, tak sanggup aku mengurainya, terlalu rumit. Malam, sekelebat hari-hariku berubah, aku bagaikan terdampar disuatu pulau yang tak pernah aku sangka-sangka.

Malam kini aku sudah disini ditempat baruku, tempat yang tak pernah aku sangka-sangka akan ku kunjungi. Entah aku akan menetap berapa lama disini, namun aku rasakan seperti sedang liburan disini. Mungkin aku harus berterimaksih dengan tempat kerjaku, yang membuat aku bisa menjadi seperti ini dan berada disini.

Malam kadang aku rindu sekali dengan kehidupanku yang dulu, dimana semua orang mengasihiku seperti anak atau adik kecilnya. Namun aku rasa disini jauh dari yang seperti itu. Disini malam, aku merasa benar-benar sendiri, pengarah hidupku , penyemangat jiwaku, pengambil keputusanku, ya aku.

Malam, mungkin ini yang dinamakan pendewasan dan perubahan, dimana fase aku sebagai seorang anak dan dimana aku sebagai wanita yang menjadi tulang punggung keluarga. Aku merasa aku bukan apa-apa saat ini. Masih jauh dari sempurna, bahkan untuk menjadi tulang punggung keluarga aku belum sepenuhnya memenuhi kualifikasi tersebut.

Malam, seorang kawan mengatai ku, “u not girl but u not women too” ya mungkin aku belum menjadi wanita seutuhnya. Namun aku tetap berjuang untuk memetamorfosiskan diriku. Aku yakin Tuhan paham maksudku, saat aku berusaha pasti ada jalan.

Malam, dalam perjalananku, belum diketahui kemana arah tujuan dan jalan mana saja yang akan aku lewati. Entah ada apa didepan sana, aku tak ketahui.

Malam, mungkin kepadamu aku bisa mencurahkan sedikit asa yang ada dalam jiwa kehampaan ini. Semoga kau masih setia menjadi pendengar yang memahami aku dalam gelapmu.

                                                   
  Ara, disudut kota yang tak biasa.